PERTAMA YANG BUKAN PERTAMA

~ 59 Views

Diambil dari buku: 100 Wisdom For Today – Zavier Quentin Pranata
“Tetapi yang benar ialah, bahwa Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati, sebagai yang sulung dari orang-orang yang telah meninggal” (1 Korintus 15:20).
Belakangan ini, semakin banyak orang yang memakai kata ‘pertama’ untuk mengiklankan produknya. Di layar kaca stasiun televisi, kita sering membaca kalimat “Pertama kali di layar kaca”. Apa artinya? Tayangan itu sudah pernah diputar di bioskop tetapi baru saat itu diputar di televisi. Namun, benarkah klaim itu? Tidak! Seharusnya klaim itu ditambah kata “Indonesia”. Mengapa? Karena tayangan itu sudah sering ditayangkan di televisi asing atau bahkan TV kabel.
Ketika memberikan seminar motivasi, ada seorang peserta yang minta bertemu dengan saya. Karena dia tahu saya seorang penulis buku, dia memberikan sebuah bukunya untuk saya beri komentar. Di sampul buku itu ada tulisan “Pertama hadir di Indonesia”. Dia mencoba untuk jujur. Mengapa? Karena buku dengan tema dan pokok bahasan itu sudah sangat populer di media massa asing, terutama yang berbahasa Inggris.
Kekasih Tuhan, apa yang kita anggap ‘baru’ di Indonesia, bahkan ‘pertama hadir’ sekalipun sebenarnya merupakan produk daur ulang dari luar negeri entah itu penjiplakan murni, terinspirasi atau adaptasi. Bagi saya produk yang berbeda sudah menunjukkan produsennya kreatif. Di dunia tulis-menulis yang saya geluti, ada istilah 3 N yang diambil dari bahasa Jawa yaitu, niteni (memperhatikan), nirokne (menirukan) dan nambahi (menambahkan). Jika kita membaca buku yang bagus di luar negeri, kita bisa menulis tema yang sama dengan cara tiga hal itu. Dalam hal ini nambahi itu yang penting. Kita beri muatan dan kisah lokal sudah menjadi buku yang membumi di Indonesia. Selamat berkarya.
Doa: Bapa, ajar aku untuk kreatif di dalam menyikapi hidup dengan meneladani-Mu.